Hula.
Terakhir ngepost diblog tanggal 17 Februari 2012. Bro, 2012,
bro. It’s two freakin’ years ago. Everything has changed now. Detik ini, saat
aku lagi ngetik ini, adalah H-17 UN SMA. Kayanya baru kemarin aku bikin blog
ini buat tugas uprak SMP but now aku udah hampir copot seragam. Bentar lagi aku
bakal terlepas dari kewajiban nyetrika seragam tiap malem atau bangun kesiangan
di pagi hari dengan panik karena semalem ketiduran dan belum nyetrika seragam. Seragam;
hal yang membuat kita semua setara, dari kita umur 6 tahun. Bentar lagi bakal
aku copot, bakal aku sumbangin. This is what I called how time flies so fast.
H-17 UN SMA, sangat berbeda dari H-17 UN SMP dulu. Dulu aku
santay kaya di pantay coy, banget. Sekarang H-17 dan materi, fisik, maupun
mental belum siap. God, why.
Tapi aku nggak mau ngeluh tentang UN di post ini. Well,
mungkin ngeluh, tapi nggak tentang UN. Ya nyambung-nyambung dikit deh sama UN.
Okay.
I’m fallin’ in crush.
Wtf Lin norak banget sih harus gitu nulis diblog dan bla bla
bla.
Harus. I just can’t think straight atm and I can’t rely on
to Adis nor Jein nor Sofi nor Fani nor Nana nor Ajuk nor everyone that knows
about me and him.
Kenapa nggak nulis di buku diary sih Lin atau di perahu
kertas terus dihanyutin kek kan kamu seneng ngelakuin itu.
I don’t have a diary... and I don’t know why aku pingin
seseorang (whoever he or she is) baca ini. Satu orang aja, entah dari belahan
dunia mana, baca postku. Aku pingin dia tau. Aku pingin orang yang baca postku
ini tau ada di titik mana aku sekarang.
Di titik kebingungan yang teramat sangat, di titik
ketakutan, dan di titik tidak fokus di saat hari ini adalah H-17 UN.
Kok aku ngomongnya muter-muter sih?
Okay, I’m fallin’ in crush. Kenapa crush? Because they said “Crush
is only lasts for 4 months. When that feeling is still there more than 4
months, you’re already in love” well detik ini aku yakin belum nyampe 4 bulan
sejak aku menyadari ada dia di dunia ini. Jadi aku akan mengklasifikasikan
diriku sedang have a crush on someone. You all know right that having a crush
is not that good I mean it’s annoying for God’s sake I really hate this feeling
I really hate this situation. Ngutip dari postinganku yang judulnya “Kepada
Kamu Dengan Penuh Kebencian”.
Aku benci merasa senang bertemu lagi dengan kamu, tersenyum
malu-malu, dan menebak-nebak, selalu menebak-nebak.
Aku
benci terkejut melihat SMS kamu nongol di inbox-ku dan aku benci kenapa aku
harus memakan waktu begitu lama untuk membalasnya, menghapusnya, memikirkan
kata demi kata.
Aku
benci harus dalam posisi seperti ini.
Tapi,
aku tak bisa menawar, ya?
Aku
benci harus memikirkan kamu sebelum tidur dan merasakan sesuatu yang bergerak
dari dalam dada, menjalar ke seluruh tubuh, dan aku merasa pasrah, gelisah.
Aku
benci untuk berpikir aku bisa begini terus semalaman, tanpa harus tidur.
Cukup
begini saja.
Aku
benci aku harus sadar atas semua kecanggungan itu..., tapi tidak bisa melakukan
apa-apa.
Aku benci
ketika logika aku bersuara dan mengingatkan, “Hey! Ini hanya ketertarikan fisik
semata, pada akhirnya kamu akan tahu, kalian berdua tidak punya anything in
common,” harus dimentahkan oleh hati yang berkata, “Jangan hiraukan logikamu.”
Aku benci harus mencari-cari
kesalahan kecil yang ada di dalam diri kamu. Kesalahan yang secara desperate
aku cari dengan paksa karena aku benci untuk tahu bahwa kamu bisa saja sempurna,
kamu bisa saja tanpa cela, dan aku, bisa saja benar-benar jatuh hati kepadamu.
Hari ini.
Seperti biasa aku pulang sore, seperti biasa motor terakhir
di parkiran 69. Ngapain? Aku belajar di ruang agama, karena aku merasa lebih produktif
disana. Aku merasa begitu sampe rumah aku ga bisa belajar (contohnya kaya detik
ini bukannya belajar aku malah ngeblog. karena apa? karena kepikiran situ,
sialan). Pas aku ambil motor di parkiran, aku ngeliat motormu masih disana. Wait,
what? Why? Aku tadi mikir nggak ada alesan buatmu tetep di sekolah. Aku penasaran
dan aku ngiterin ruangan demi ruangan (now you know having a crush is hard)
yang sekiranya kamu sering nongki disitu. But you are nowhere. Aku udah nggak
bisa nunggu kamu lagi, nggak kali ini. Padahal kejadian ini langka, but I
just... can’t. Aku keluar sekolah, naik motor, dari luar gerbang, melihat
motormu disana, okay should I? Should I wait for you so I can have a lil chat
with you? I shouldn’t. But I will regret this I KNOW THAT OH MY GOD WHAT TO DO
aku sms Jein. Told you I really can’t think straight atm so I texted Jein and
she doesn’t text me back. Oh iya aku sms Jein di belakang sekolah, di luar, di
deket arbag. Tau Jein ga bakal respond smsku, aku balik muterin sekolah lagi
naik motor, dan motormu sudah hilang.
Kalau aja waktu itu aku nggak nyerah, aku nunggu bentar, aku
mungkin bisa ketemu kamu. Tapi aku nyerah, dan bukannya sms Jein di dalem
sekolah biar bisa ketemu tapi malah di luar dan begitu aku balik kau sudah
pergi nak.
Yang ada dipikiranku saat itu, haruskah aku ke rumahnya? Aku
tau jalan ke rumahnya, siapa tau aku beruntung bisa ketemu kau di jalan nak but
I didn’t do that you know why? Mendung. Daerah rumahmu mendung banget sedang
rumahku terang benderang. Ini lho yang aku bilang “Let the universe do the rest”.
Aku nggak bisa ngapa-ngapain. Kita nggak bisa ngapa-ngapain. Aku mungkin udah
berusaha tapi itu nggak cukup dan usahaku nggak direspon positif sama kamu nak.
Kamu dah tau to aku dah nyerah jauh sebelum hari ini?
Hari ini aku inget kamu
lagi.
Hari ini, H-17 UN, aku inget kamu lagi.
Aku nggak bisa nyalahin kamu karena kamu nggak ngapa-ngapain
walaupun aku pingin nyalahin kamu hanya karena kamu exist, hanya karena kamu ada, hanya karena kita ketemu, atau hanya
karena mataku dengan mudahnya nangkep sosokmu dari kejauhan. Aku pingin
nyalahin keadaan, but so what? Lalu apa yang bakal terjadi kalau aku nyalahin
keadaan?
Dulu jaman aku belum sadar kehadiranmu, hari-hariku nggak
seberat ini percaya deh ditambah ini tuh udah deket banget sama UN but but but
argh why oh why oh why ooohh aku nggak bisa ngomong apa-apa lagi soal ini aku
udah nggak fokus argh f you tapi aku mendoakan kebaikanmu juga but f you but I
actually can’t get mad on you aku cuma bisa mendem dan sekali lagi ini udah
H-17 hus hus enyahlah!
Lin kamu nyesel pernah tau dia, pernah sadar akan dia?
I really want to say yes, but, no. “Thank you for all”,
remember?